Archive for April 2014

Pengertian Hutan Heterogen






Hutan heterogen adalah hutan yang terdiri atas beraneka ragam jenis tumbuhan, dari pohon-pohon rendah sampai pohon yang tinggi. Hutan ini biasanya bersifat alami atau primer, contohnya hutan hujan tropis , hutan rimba. Biasanya di daerah tropic yang banyak hujannya seperti di Amerika Tengah dan Selatan , Afrika , Asia Tenggara , dan Australia Timur Laut pohon - pohonnya tinggi dan berdaun lebar . Di Indonesia hutan Heterogen antara lain terdapat di pulau Jawa , Sumatra , Kalimantan , dan Irian Jaya .

Fungsi Hutan Heterogen





Fungsi hutan antara lain:
  • Fungsi Ekonomi
    • sebagai penghasil kayu dan hasil hutan lainnya seperti rotan, damar dan lain-lain
    • Sebagai penghasil devisa bagi negara
  • Fungsi Ekologis
    • mempertahankan kesuburan tanah
    • mencegah terjadinya erosi
    • mencegah terjadinya banjir
    • sebagai tempat untuk mempertahankan keanekaragaman hayati
  • Fungsi Klimatologis
    • sebagai penghasil oksigen
    • sebagai pengatur iklim
  • Fungsi Hidrolis
    • sebagai pengatur tata air tanah
    • sebagi penyimpan air tanah
    • Mencegah intrusi air laut

Contoh Hutan Heterogen








Contoh Hutan Heterogen , yaitu :
 Hutan hujan tropis adalah hutan yang berada pada daerah tropis dengan curah hujan yang melimpah berkisar 2000 - 4000 mm pertahun. Suhunya tinggi (rata-rata sekitar 25-26°C) dan mempunyai kelembaban rata-rata sekitar 80%. Komponen dasar hutan tersebut adalah pohon dengan ketinggian mencapai rata-rata 30 meter. 

Hutan hujan tropis merupakan suatu komunitas yang sangat kompleks dengan ciri yang utama adalah pepohonan dengan berbagai ukuran. Kanopi hutan menyebabkan iklim mikro yang berbeda dengan keadaan di luarnya; cahaya kurang dan kelembaban yang lebih tinggi dengan suhu yang rendah.

Manfaat Hutan Heterogen




Hutan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan tumbuhan, beberapa manfaat hutan antara lain sebagai berikut :



  • Untuk Mencegah Erosi dan Banjir 
          Hutan banyak sekali memiliki fungsi, salah satu fungsi hutan heterogen adalah sebagai pencegah erosi dan banjir. Hutan heterogen jenis ini umumnya terdapat pada daerah hilir serta daerah yang memiliki tanah miring. kadang jika tidak ada kayu maka untuk mencegah umumnya digunakan sistem sengkedan.



  • Sebaga Pengatur Tata Air
         Hutan jenis ini umumnya adalah tanaman yanng memiliki daya serap air yang tinggi. jadi hutan ini memiliki fungsi sebagai pengatur air ketika sedang kemarau. umumnya hutan jenis ini terdapat pada daerah hilir. dimana di daerah ini terdapat sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk pemukiman di daerah hulu.



  • Untuk Menyuburkan Tanah
         Hutan juga berfungsi untuk menyuburkan tanah karena pupuk kompos daun yang kering terdapat beberapa mineral yang bermanfaat untuk tumbuhan lain maupun untuk dirinya sendiri.



  • Sebaga Penghasil Oksigen
          Satu pohon untuk dua mahluk hidup itu merupakan selogan yang sering didengar. hutan memiliki fungsi yang vital sebagai tempat penyedia oksigen untuk manusia.



  • Untuk Mencegah Tanah Longsor
          Kekuatan akar dari pohon akan mencegah terjadinya longsor dari tanah yang miring. pada umumnya hutan jenis ini terdapat pada lereng gunung atau lereng bukit yang memiliki kemiringan yang cukup curam.

Usaha Pelestarian Hutan (Cara lain untuk melestarikan hutan)




Keberadaan hutan sangat penting. Hutan merupakan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Hutan juga merupakan penyeimbang alam dan paru-paru dunia. Saat ini jumlah hutan di dunia semakin berkurang. Manusia terus mengambil sumber daya yang ada dalam hutan. Bila hal ini dibiarkan terus maka hutan di dunai akan habis. Apa yang akan terjadi bila hutan habis? Bumi akan semakin panas dan tidak akan seimbang lagi.
Manusia pun juga tidak bisa mendapatkan kayu dan lainnya lagi untuk kebutuhannya. Untuk itu menjaga hutan agar tetap lestari harus dilakukan.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga kelestarian hutan. Beberapa kawasan hutan ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung, cagar alam dan suaka margasatwa. Jika hutan sudah ditetapkan menjadi hutan lindung, pohonnya tidak boleh ditebang. Cara lain untuk melestarikan hutan adalah sebagai berikut:
a. Tebang pilih
Tebang pilih dilakukan dengan memilih tanaman yang akan ditebang. Dipilih yang sudah tua. Penebangannya juga harus diberi jarak. Tidak satu lokasi ditebang semua.
b. Tebang tanam
Tebang tanam artinya setelah dilakukan penebangan pohon di hutan selalu diiringi dengan penanaman pohon baru. Dengan demikian kelestarian hutan tetap terjaga.
c. Mencegah penebangan liar
Penebangan liar sering dikenal dengan istilah illegal logging. Saat ini kasus penebangan liar semakin parah. Hutan-hutan di negara kita semakin menyempit. Untuk itu pengawasan harus dilakukan secara ketat. Pelaku penebangan liar juga harus dihukum karena telah merugikan negara.
d. Melakukan penghijauan
Penghijauan atau reboisasi merupakan upaya penanaman kembali hutan yang sudah gundul. Reboisasi sangat penting untuk mencegah kerusakan hutan dan bencana banjir dan tanah longsor.

Dari Eksploitasi Kerang Raksasa sampai Konservasi Gonggong


DUA contoh kontras. Di Pulau Enggano, Bengkulu, masyarakat adat yang mendiami pulau itu menolak eksploitasi kerang kima (Tridacna gigas) atau kerang raksasa karena khawatir merusak ekosistem perairan itu. Namun, dengan dalih pemanfaatan kerang mati, Dinas Perikanan dan Kelautan setempat memberi izin pengusaha mengambil cangkang.


Di Kepulauan Riau (kepri), Dinas Perikanan dan Kelautan, tahun lalu, baru mengonservasi siput gonggong karena makin langka dampak eksploitasi besar-besaran. Masyarakat pun dilibatkan dalam upaya konservasi ini.
Iskandar Kauno, Koordinator Kepala Suku atau disebut Pa`abuki Pulau Enggano, di Bengkulu, akhir Oktober, seperti dikutip dari Antara, mengatakan, enam suku di Pulau Enggano menolak keras eksploitasi kerang kima karena bisa merusak terumbu karang yang menjadi penyangga pulau.
Pernyataan ini terkait kegiatan pengambilan kerang kima oleh pengusaha dari Magelang, Jawa Tengah. Pengusaha itu meminta masyarakat setempat mengambil cangkang kerang kima dari laut lalu dijual seharga Rp1.000 per kilogram (kg).
Dengan mengandalkan izin dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bengkulu Utara, pengusaha itu meminta masyarakat mencari kerang kima hingga ke wilayah konservasi di Cagar Alam Kioyo.
Alasannya, yang diambil limbah karena kima sudah mati dan tinggal kerang. “Persoalannya, mereka mencongkel kerang di antara terumbu karang yang hidup hingga itu merusak,” katanya.

Kerang kima atau kerang raksasa. Foto: Wikipedia
Pa`abuki didampingi Kepala Suku Kaitora Raffli Zen Kaitora mengatakan, hasil eksploitasi oleh pengusaha itu mencapai 20 ton kerang, namun belum diangkut dari Pulau Baai.
Masyarakat adat terdiri dari enam suku di pulau itu mendesak pemerintah mencabut izin pengambilan kerang kima karena jelas merusak perairan Pulau Enggano.”Setahu kami, kima itu jenis biota laut yang dilindungi, tapi kenapa Dinas Kelautan dan Perikanan Bengkulu Utara memberi izin?”
Penolakan masyarakat adat terhadap eksploitasi kerang kima, baik yang masih hidup maupun yang mati sudah disampaikan kepada camat setempat. Camat membuat surat bahwa kerang yang sudah terkumpul tidak dapat diangkut dari Pulau Enggano hingga ada izin dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
Kepala Suku Kaitora, Raffli Zen Kaitora mengungkapkan, eksploitasi besar-besaran terhadap kerang kima pernah dilakukan pada 1983. Pemerintah pun mengeluarkan larangan pengambilan spesies yang berperan vital dalam keseimbangan ekosistem laut dangkal itu. “Saat ini, eksploitasi besar-besaran dan menjadi awal kerusakan ekosistem terumbu karang Pulau Enggano,” ujar dia.
Raffli mengatakan, jangankan mengambil kima atau oleh warga setempat disebut “ame horar” atau kima raksasa, masyarakat Enggano juga memiliki aturan untuk melindungi terumbu karang dari eksploitasi untuk bahan bangunan.
“Masyarakat adat sudah komitmen melindungi terumbu karang karena 3.000 jiwa warga kami di Pulau Enggano bergantung pada kelestarian terumbu karang yang jadi penyangga pulau.”
Di Kepri, guna mengatasi makin menyusut populasi siput gonggong (Strombus canarium), tahun lalu, Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Riau melakukan konservasi hewan ini.
Eddiwan, Kepala Bidang Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Kepri, di Jakarta, seperti dikutip dari Antara,  awal Oktober mengatakan, ada dua wilayah konservasi yakni di Lingga dan Bintan.  “Tahun ini, kami akan menambah satu lagi di Tanjung Pinang,” katanya.
Menurut dia, dulu, ukuran gonggong cukup besar, di atas 10 centimeter. “Saat ini, sulit menemukan gonggong dengan ukuran itu.” Jumlah dan ukuran makin menurun, katanya,  karena eksploitasi besar-besaran. Terlebih, permintaan makin naik.
Masyarakat juga dilibatkan dalam konservasi hewan mollusca itu. Ada dua jenis gonggong, di perairan Bintan, gonggong berwarna merah dengan rasa daging lebih enak, kenyal, gurih dan harga pun lebih mahal dibandingkan di Lingga berdaging putih.

- Copyright © 2013 Hutan Heterogen - Forest Template - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -